Dedicated untuk Ibu.

Sejak kecil, aku selalu diberikan dongeng bahwa ibu adalah malaikat yang dikirimkan Tuhan kepadaku. Kini di usiaku yang ke 24 tahun, aku dipaksa membayangkan bagaimana jika ibuku mendadak pergi. Ketika Tuhan mencintai malaikatku dan Tuhan mengambilnya kembali. Berhari hari aku menangis untuk hal ini, aku sungguh takut sekali hal itu terjadi.

Aku belum menikah, aku juga belum lulus studiku saat aku menuliskan ini. Aku merasa berat sekali jika benar hal itu terjadi saat usia dan keadaanku yang masih seperti ini. Aku sedang tugas akhir sekarang, aku sangat tidak bisa membayangkan jika ibuku sakit atau ibuku pergi. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika itu benar terjadi.

Dulu, pernah ketika sebelum tidur semasa aku masih kelas 2 sd. Pernah kutanyakan tentang seberapa besar sayangnya ibuku terhadapku dibanding kedua kakakku? Ibuku bilang jika angka 100, aku 50, kedua kakakku 25. Ibuku lebih sayang padaku.

Dua kali ibuku mengalami sakit yang luar biasa hingga sangat mudah sekali bagi Tuhan untuk mengambil nyawanya. But not. Tuhan lebih mencintaiku. Tuhan masih ingin menjagaku lewat malaikat terbaikku.

Di kelas 4 sd, Tuhan memperlihatkanku tentang kejadian terburuk yang sampai saat ini masih kuingat. Kulihat kepalanya berdarah disaat aku sudah siap untuk tidur. Pengalaman paling buruk yang masih membekas sampai aku sebesar ini. Dan setiap aku melihat wajah orang yang melukai kepala ibuku, hatiku masih saja terenyuh.

Beberapa tahun setelah itu, Tuhan mengirimkan aku malaikat kedua. Yang melancarkan aku menjalani semua studiku. Aku akui, bahwa aku tidak begitu dekat dengan abaku. Tapi aku tahu, dia menjadi lelaki dan sosok yang aku cintai pertama kali. Sosok ayah yang pemurah, tak pernah sekalipun aku dipukulnya. Meski aku menjadi sangat begiu menjengkelkan.

Aku sungguh sangat mencintai mereka berdua. Meski ada saat di mana aku malu memiliki orang tua seperti mereka, yang ndeso, dan hal hal aneh lainnya. Tapi semenjak aku mendewasa pelan pelan, aku tahu mereka lebih berharga daripada diriku sendiri. segala yang aku lakukan menjadi berkiblat pada mereka berdua. Jika aku merasa lemah, mengingat mereka berdua adalah alasan yang menguatkanku.

Post a Comment

0 Comments