Sang mahamegah

Aku tidak mengerti dengan zaman ini, atau memang sudah menjadi warisan budaya sejak zaman dahulu bahwa sebelum menjadi tua sebaiknya harus segera menikah. Menikah juga dianggap menjadi ajang perlombaan yang siapa cepat dialah juaranya.

Begitu juga dengan perceraian dan pengkhianatan yang akhir akhir ini seolah menjadi wabah tak terelakkan. Menjadi kontinuitas yang jika dalam hitungan waktu pelakunya semakin berjajar menunggu antrian untuk bisa segera diceraikan dari orang yang telah ia pilih untuk dinikahi.

Sedangkan aku, aku adalah korban dari perceraian yang kini sedang menatap sebuah pernikahan. Semua orang mendambakan keagungannya, begitupun aku. Tapi, aku lebih berhati hati dalam melangkah pun juga dalam memaknainya. Bagiku bukan hal mudah untuk hidup bersama, menyatukan segalanya. Jiwa, pikiran, orang tua, keluarga, rumah, kamar tidur, dan banyak hal lainnya.

Apakah itu pernikahan sesungguhnya? Lalu kenapa seringkali terjadi fenomena perceraian sedangkan dia sudah berada didalam keagungan pernikahan?

Jika pernikahan adalah siasat untuk menguasai satu sama lain, melegalkan hubungan agar "lebih enak dilihat orang", dan menjadi SIM untuk kegiatan ranjang. Lalu, bagaimana dengan komitmen? Cinta? Mampukah bertahan jika begitu kerdil maknanya?

Pernikahan bukan juga sekedar menikahi dia seorang saja, tapi juga menikahi keluarga dan mertua. "Mertua" menjadi sosok seram, yang paling ditakuti. Orang satu satunya yang juga seolah turut serta dalam pernikahan itu sendiri. Kadang dua orang menjadi berseteru dan kalah hanya karena koalisi mertua.

Terlalu banyak hal rumit yang jika dirunut dari pengalaman orang orang yang telah lebih dulu memutuskan untuk menikah dan berpisah. Kekuatan yang juga sangat mampu merusaknya adalah Cinta itu sendiri. Cinta yang tumbuh sekali lagi bukan untuk pasangan pernikahannya, tapi untuk orang lain dari antah berantah.

Lalu bagaimana nasib komitmen? Atau cinta yang terlebih dulu ada?
Coming soon, Sang mahamegah 2
Uswatun Khasanah Katasmir

Post a Comment

0 Comments