The bird who bring my heart.

Tole, tenang disana ya sayang. Maafku ke kamu karena sudah mengurungmu dan terima kasih telah menemani hari hariku beberapa tahun terakhir.

Unggas unggas memang kesukaan orang tuaku. Mereka merawat burung, angsa, ayam tuk dijadikan peliharaan. Dan jujur saja aku baru merasakan kedekatan dengan peliharaan orang tuaku semenjak aku menetap dan menghabiskan hari dirumah.

Tole, burung kesayanganku. Semua unggas kupanggil tole, tapi burung jalak yang satu ini berbeda. Dia seakan memilihku menjadi tuannya. Dia selalu kupanggil 'tole' dan karena pintarnya dia, dia pasti menoleh dan menyahuti panggilanku.

Tole selalu ku beri makan apa saja yang aku makan. Dia suka makan nasi, bihun, nangka, kelengkeng, mie instan, nasi kuah soto, dan banyak lainnya. Dia sangat pandai sekali dan diam diam memperhatikan. Dia tahu jika piring itu berisi makanan (karena seringnya aku memberi makan dia dari piring) hingga ketika seseorang berjalan melewati kandangnya dengan membawa piring, matanya pasti melihat isi piring.

Tole burung yang pandai, termasuk dia pandai mengambil hatiku. Dia sangat cerewet, hobi sekali mandi, diajak ngomong bisa nyahut dengan bahasanya. Karena aku memang hobi sekali mengajak bicara hewan hewan yang ada dirumah.

Kalo dia lapar dan aku sedang menonton tv di dekat kandangnya (karena rumahku ada tempat makan outdoor) dia selalu memanggilku dengan nada ancaman khasnya. Ada kucing lewat didekat kandangnya, dia melakukan hal yang sama - berteriak dengan nada khasnya. Juga jika abaku yang memberinya makan. Padahal bertahun tahun abaku yang merawat dia, tetap saja abaku dianggap ancaman olehnya. Jika di sore hari dia merasa lapar, dia akan tidur terlambat (dia selalu tidur jam 5 sore) dan dia pasti memasang wajah melas berharap segera ada makanan. Setelah kenyang, barulah dia mau bergegas tidur.

Beberapa hari kemarin, di jam 9 malam dia terbangun. Tumben dia bangun jam segitu (tole selalu tidur nyenyak sampai jam 5pagi). Keesokan harinya ada yang aneh, tiba tiba dia punya hobi baru menggigiti tanganku, sama sekali ngga sakit dan ga ngefek. Aku senang karena sekian lama akhirnya dia tidak lagi takut denganku, tapi aku sedih ketika tahu itu tanda sayang dan perpisahan darinya.

kejadian itu adalah awal dari salam perpisahannya. Dia mendadak sakit dan tidak lagi bisa terbang. Dia tidur di kandang bagian bawah (dia selalu tidur dikandang bagian atas). Pun juga menjadi sangat lemas tapi masih doyan sekali makan. Aku beri dia obat, tempat minum yang tadinya ada dikandang bagian tengah kupindah kebawah. Semua kulakukan agar tole sehat kembali. Tapi ternyata kondisinya semakin menurun dan manja. Dia hanya mau minum air bersih, sehingga aku harus selalu menyuapinya minum.

Setelah 4 hari berlalu, di pagi hari dia terlihat lemas sekali. Tapi dia tidak mati. Aku pikir dia lapar karena terlihat saking lemasnya. Aku gendong dia, aku selimuti tissue biar ngga kedinginan. Aku suapi minumnya tapi ternyata airnya dia muntahkan. Aku dekatkan dengan gelas, dia hanya mengecap saja. Dalam hatiku sudah mengira bahwa dia mendekati ajal. Aku beri dia minum obat. Obatnya dia muntahkan sambil kejang kejang. Aku coba beri dia minum, tapi tak ada reaksi. Mata yang tadinya berkedip, ternyata sudah tak bisa lagi. Aku sentuh matanya, tak ada respon. Tole wafat ditanganku.

Tole, kalo sudah sama Tuhan tenang yaa.
Tole sudah ngga sakit lagi, sudah sehat.
Tole sudah ngga dikandang lagi, bisa terbang kemana mana.
Aku sayang tole, ngga ada lagi yang aku goda goda dirumah.
Semoga temen tole yang masih hidup bisa baik kaya tole yaaa.

Uswatun khasanah katasmir

Post a Comment

0 Comments