Bagaimana dengan imanku?

Surah Yasin, dari Kitab Al - Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW untuk umat muslim berabad abad yang lalu. Seperti biasa, ditiap pagiku kuawali hari ini dengan membaca kitab suci ini. Dan hari ini giliran Surah Yasin. Selalu kubaca hanya selembar beserta maknanya. Walaupun terkadang aku harus membaca berulang kali demi memahami maknanya, tapi untuk kali ini berbeda.

Aku membaca surah ini dengan mudah, karena memang aku hampir menghafalnya. Kali ini, arti surahnya pun sederhana. Ayat yang begitu pendek dengan makna yang begitu lugas. Ada satu ayat yang kuingat dari surah ini, tentang bagaimana "Allah SWT menurunkan Al-Qur'an hanya untuk umatNya yang Ia kehendaki". Kurang lebih begitu. Tiba tiba keraguan dengan imanku sendiri muncul. Bukan hanya sekedar, tp membuatku berfikir dimana mencari jawabannya.

Seandainya aku dilahirkan dengan orang tua yang panutannya bukan Nabi Muhammad SAW, kitab sucinya bukan Al-Qur'an, dan ibadahnya bukan shalat, apakah aku masih akan tetap beriman dan percaya pada Allah SWT? Entah ini keridhoan atau kebodohan. Aku terlahir menganut Islam karena orang tuaku. Tanpa bermaksud apa - apa, memang orang tuaku sejak kecil telah menanamkan Islam sangat dalam.

Mengaji aku fasih, tajwid, nahwu dan beberapa kitab memang pernah aku pelajari. Shalat menjadi kewajiban dan keharusan bahkan itu satu hal yang paling ditekankan kedua orang tuaku. "Dimanapun kamu nak, shalatnya gaboleh lupa". Bahkan shalat sekelas tahajjud itu seakan bukan lagi sunnah, tapi wajib. Aku berhijab pun bukan hanya dari sebulan dua bulan yang lalu. Aku berhijab semenjak aku TK, bahkan sebelum TK. Akupun sejak kecil disekolahkan di salah satu sekolah islam dikota pasuruan.

Bukan apa apa aku cerita demikian tentang keluargaku, tapi sungguh yang aku rasakan saat ini berbeda. Ketika keburukan muncul padaku, aku lebih menyalahkan Tuhan dalam hal ini. Meski aku tahu, Allah SWT selalu punya rencana dalam setiap tulisan takdirNya. Begitu juga ketika aku bahagia, atau sedang jalan jalan setingkat camping. Aku selalu dan hampir selalu meninggalkan shalat dengan alasan tidak ada mukenah, tempat wudhu, baju kotor, dan banyak lagi lainnya yang seolah membuatku menghalalkan shalat ditinggalkan.

Ini hanya tamparan bagi diriku sendiri. Negara bebek, memang ungkapan yang pas bagiku "mungkin". Aku ikuti semua kemauan orang tuaku untuk menjadi anak yang sukses tapi tetap berpegang teguh pada prinsip dasar Islam, tapi seringkali aku masih meninggalkan kewajibanku. Aku bukan orang yang beribadah dengan tulus setulus tulusnya karena Allah SWT. Tapi, setelah umur 21th ini, aku mulai bisa memilih sendiri, agama mana yang sesuai denganku. Entah benar atau salah, tapi semoga diridhoi jalanku menuju keikhlasan beragama, bukan hanya sekedar mencari pujian sana sini dari ibadah yang aku jalani.

Aku bukan orang yang pandai dan sangat pintar tentang agama, tapi ketika sesuatu terjadi, aku mencoba untuk memikirkan apa yang sesungguhnya terjadi. Bukan asal comot asal ngikut lagi. Ikuti baiknya, ikuti niatnya, dan bagiku jalani ketika memang aku bahagia. Karena ketika aku bahagia, hatiku takkan mudah goyah. Ketika aku gundah, resah dan terpaksa, saat itulah hatiku akan mudaa runtuh. Mencari cari alasan yang tak pasti demi membenarkan untuk meninggalkan.

Semoga kita semua tetap diberi niat yang agung untuk menjalankan. Halal dan haram itu jelas wujudnya. Dan untuk sesuatu hal yang tak pasti, silahkan cari sendiri dari banyak sumber yang berbeda acuan. Bukan ngikut sana ngikut sini, benci sana benci sini. Ini hanya nasihat untuk diriku sendiri.

Dari wanita yang sempat gamang dengan imannya.
Dari wanita yang mencoba kembali bahagia dengan keikhlasan hati
Dari wanita yang mendengar bisik untuk mencari
Dari wanita yang mulai menemukan cahaya
Terima kasih Allah SWT
Uswatun Khasanah Katasmir

Post a Comment

0 Comments