Untuk Kamu Sebab Senyumku

Diantara banyaknya pekerjaan rumah yang menunggu dijamah. Diantara banyaknya jurnal yang berteriak menunggu giliran dibaca, aku dengan perlahan menutup mulut mereka semua dan mulai merangkai kata demi kata dalam laptop ini.

Entah bagaimana semua ini dimulai. Siapa yang memulai. Dan ada apa dibalik semua ini. Aku tak pernah mengerti. Yang aku tahu hanyalah aku bahagia ketika harus bercanda denganmu. Aku bahagia ketika harus berdebat denganmu. Dan aku bahagia ketika aku harus menggodamu meski hanya lewat pesan singkat ini.

Tahukah kamu? Disini aku diam diam merindukan semua celoteh anehmu. Tahukah kamu, ketika kamu mulai membuat masalah denganku, aku dengan sabar meladeni semua kata kata anehmu. Bagaikan dua anak kecil yang tak pernah akur, tapi tetap saja kita bertahan demi sebuah perpanjangan obrolan. Entah aku saja yang memohon untuk tetap bertahan, atau kamu disana juga menginginkan hal yang sama.

Lucu memang jika aku mengingat semuanya. Apa yang terjadi dalam waktu yang bagiku sangat lama ini? Aku tak sengaja menantimu, dan jika memang takdir yang mengharapkan kita untuk bersama, kini kamu telah dipisahkan dari dia yang sempat mengisi hatimu.

Jika kamu bertanya “bahagiakah aku dengan perpisahan itu?”. Bolehkah jika aku menjawab “aku sangat bahagia”. Hampir satu tahun yang lalu aku merasa jika aku salah memilih sosok. Kamu yang entah pantas atau tidak untuk mendapatkan perasaanku, telah dimiliki seorang wanita jelita nun jauh disana. Tapi semua kini terasa berbeda.

Tak ada lagi yang melarang kita untuk saling merindu, meski mungkin masih aku yang merasakan rindu. Sudah tak ada lagi yang membatasi kita untuk saling memerhatikan, meski bisa jadi hanya aku yang terus menghujanimu dengan perhatian. Tak ada lagi benteng yang dulu sempat berdiri kokoh menentang tumbuhnya perasaan ini. Perasaan yang sejak lama aku pendam.

Dan tentang semua perasaan ini, aku hanya bisa diam. Jujur saja aku takut jika suatu saat kamu benar benar tahu tentang ini, tapi ternyata hanya aku yang berjuang. Hanya aku yang bahagia. Hanya aku yang merindu. Sedangkan kamu disana merindukan sosok lain yang dulu pernah menemani hari harimu.

Seandainya kamu tahu, bahwa aku selalu berdo’a ketika mengirimkan pesan balasan padamu. Hanya sekedar agar kamu mau membalas semua pesan singkat gak jelas yang aku kirimkan itu.

Untuk kamu yang menjadi sebab senyumku.
Untuk kamu yang tak akan pernah tahu tentang perasaanku.
Untuk kamu yang tak akan mungkin membaca tulisanku ini.

Uswatun Khasanah

Post a Comment

0 Comments