Senja menyapa diujung hariku. Hari ini gelisah mendadak menyapaku.
Baru 2bulan yang lalu kamu katakan padaku tentang semua perasaanmu. Sungguh,
sesederhana itu kamu membuatku terpesona dengan semua ucapan dan ungkapan
tentang diriku.
Kamu menganggapku bodoh. Kamu menganggapku tolol. Kamu
anggap aku wanita lebay yang menangis atas kepergianmu kali ini. Terserah, aku
sudah tak mau peduli lagi. Sungguh, aku hanya tak ingin menyiksa perasaanku.
Mencabik cabiknya sendiri. Tanpa ada seorangpun yang akan peduli.
Benarkah kali ini kamu sungguh sungguh ucapkan pisah?
Lalu, bagaimana dengan semua janji yang pernah kamu ucapkan. Kamu katakan bahwa
kamu akan bersabar menungguku. Kamu katakan tentang kekuatan kesabaran air yang
setia melubangi batu. Kamu katakan banyak hal untuk meyakinkanku agar
memercayai hatimu.
Lihat kamu sekarang?
Dengan mudah kamu ingkari semuanya. Dengan mudah kamu
lupakan janji yang sampai saat ini masih aku harapkan menjadi nyata. Yang
sampai saat ini pun masih kuragukan kebenarannya.
Kamu. Yang kuharapkan menjadi bulan dalam gelapku.
Mentari di pagiku. Darah didalam tubuhku ternyata dengan mudah menghentikan
waktu. Aku sungguh sungguh tak berniat membuatmu menunggu lebih lama. Aku
sungguh sungguh tak berjabat dengan keraguan yang teramat sangat. Aku selalu
mencoba percaya semua janji itu. Tapi mana NYATAnya?
Lihat kamu sekarang?
Lelaki yang begitu mudah ungkapkan sayang. Lelaki yang
begitu mudah curahkan segala perasaan. Lelaki yang begitu mudah bercakap
tentang janji. Kini dengan mudah pula menyatakan semua alasan pengunduran
dirimu dari perjuangan mendapatkan hatiku.
Untukmu pahlawan hatiku.
Dari wanita yang menghardik kerinduan.
Dari wanita yang merindukan akhir kebahagiaan.
Uswatun Khasanah
0 Comments