Bagaimana dengan aku?

Malam ini, dengan banyaknya tugas yang menemani. Dengan proposal yang menunggu untuk diselesaikan. Aku masih bisa tersenyum sendiri. Dengan ukuran yang begitu lebar, dan dengan kurun waktu yang hampir sehari penuh.

Menemani kesibukanmu hari ini, menjadi pembaca setia pesan singkat meski harus menunggu lamanya balasan darimu. Iya, kamu yang sejak kemarin sudah berubah status. Kamu yang sejak lama aku tunggu. Kamu yang penrah dimiliki dia, dan kini kamu tak termiliki oleh siapapun. Meski jika boleh aku menebak, hatimu mungkin masih dimiliki dia.

Meski begitu, jika mampu aku tuk berucap, aku mohon padamu untuk mengizinkan aku berjuang demi hatimu. Jika aku mampu tuk mengungkapkan semuanya, aku katakan padamu bahwa aku mengagumimu sejak dahulu. Dengan semua kesadaran dan kesabaranku kala itu yang membuat aku dimabuk kebahagiaan saat ini.

Melihat pesan singkat yang tak henti kau kirimkan. Melihat semua peluh dipipimu yang tak sekalipun kau keluhkan itu membuatmu semakin bernilai dimataku, bahkan hatiku. Meski ketakutanku dimasa lalu yang membuatku sedikit menahan perasaan ini. Tapi, aku terus saja larut dalam lautan bahagia.

Sungguh, aku takut kedekatan ini hanya sesaat. Sekedar pelampiasan ketika kau sedang sepi. Sekedar pelarian ketika kau sendiri. Bagaimana jika kau menemukan wanita lain yang mampu merengkuh perhatianmu? Bagaimana jika kau menemukan wanita yang lebih bisa memahamimu dibandingkan aku? Bagaimana dengan perasaanku yang sedikitpun kau tak pernah tahu?

Aku rela menjadi pelampiasan kesepianmu, dan kuharap itu selamanya. Aku rela menjadi pelarian kesedihanmu, dan kuharap ini membahagiakan kita berdua.

Dari seseorang yang kau katakan alay.
Dari seseorang yang diam diam tersenyum ketika memikirkanmu.

Dari seseorang yang diam diam menyinarkan mata bahagia.

Uswatun Khasanah

Post a Comment

0 Comments