Wanita di persimpangan

Satu per satu skenario Tuhan mulai berubah. Ini bukan lagi cerita dua kegelapan yang saling berpeluk dan dipisah oleh keadaan, tapi kini ada hati lain yang mulai menginginkan hadirnya cahaya diantara dua kegelapan itu. Sungguh, aku mulai lelah berdampingan dengan kegelapan yang selalu kau berikan. Ketidakpastian dan kerumitan yang selalu kau tunjukkan kini membawa aku pada sosok cahaya yang begitu aku rindukan.

Ya, cahaya itu kini hadir dalam hidupku dengan begitu berbeda. Memberikan keindahan yang selama ini aku dambakan. Memberikan sebuah cerita yang entah bagaimana aku selalu larut didalamnya. Memberikan perhatian yang selalu aku nantikan. Kau dan aku kini telah begitu jauh. Bukan hanya jarak fisik yang memisahkan, juga jarak hati yang semakin membuat kita mencari siapa sebenarnya aku dan kamu sekarang.

Sungguh, harusnya kau tahu bahwa kepergianmu telah membawa hatinya padaku. Keletihan membuatku mencari arti yang dia berikan padaku selama ini. Entah aku yang bersalah, kamu yang bersalah, dia yang bersalah atau keadaan yang memersalahkan. Aku sama sekali tak mengerti. Aku mulai merajut hati, kesepian yang dulu menghantui kini tak lagi aku risaukan.

Ada dia, ya, ada dia sayang. Yang selalu memberikanku perhatian ketika kau mulai sibuk dengan segala urusanmu disana. Ada dia yang menarikku dalam cahaya keindahan yang selama ini tak kau berikan. Dia yang mulai membuat aku tertawa ketika aku mulai memeluk sepi. Dia yang membawa aku pergi dalam warna warni dunia ketika kau hanya memberi abu abu.

Entah apa yang aku rasakan. Aku bagai berada di persimpangan jalan yang aku sendiri tak pernah mengerti bagaimana, mengapa, dan kemana aku akan melangkah. Hatiku telah kau rengkuh, kau bawa pergi, berlari, hingga aku menyerah untuk mengejarmu lagi. Tapi, dia telah membawakan aku setumpuk hati dan harapan yang selama ini aku rindukan darimu.

Kau selalu diam sayang, sedangkan dia selalu saja membuat telingaku penuh dengan canda tawa. Kau selalu dingin sayang, sedangkan dia memberikan banyak kehangatan ketika aku mulai beku dalam langkah. Kau terlalu pahit sayang, sedangkan dia bagai gula yang memberikan manis dalam rasa.

Sayang, wanita dalam persimpangan ini butuh kepastian. Jika kau tak juga kembali, aku akan pergi merebut kembali hati yang pernah kau curi. Dan aku izinkan dia menjadi sosok yang menemani hari ketika aku letih merangkai mimpi.

Dari aku yang merindukanmu.
Untuk Malaikat nakalku.

Uswatun Khasanah

Post a Comment

0 Comments