Aku pernah jatuh cinta pada dia yang membuatku mencari
kesejukan matanya. Dia yang membuatku menunggu desah suaranya. Dia yang
membuatku terpesona pada senyum manisnya. Dia yang selalu mengajakku untuk
berbahagia. Dia yang mengajarkanku tentang apa itu cinta pertama. Dia yang tak
pernah bosan berbagi resah hidupnya. Dia yang selalu dengan manja minta
didengar keluh kesahnya.
Banyak hal yang telah kita lewati berdua. Entah bagaimana
bisa, cinta itu datang dengan begitu cepat. Hingga aku tak pernah menyadari
bahwa perasaan ini semakin dan semakin mendalam seirama dengan tangis tawa yang
kau bagi.
Aku tak pernah peduli pada senyum getir mereka yang
sejujurnya menertawakanku. Tak pernah peduli pada kata kata mereka yang sebenarnya
menggores telingaku. Dan sadarkah kamu siapa orang yang paling peduli ketika kamu menangis? Siapa yang paling setia
Ketika kamu mulai sibuk dengan keluhan tentang keluargamu? Siapa yang paling
bersabar ketika kamu Mulai sibuk dengan dunia game mu?
Sayang, pernahkah kamu sedikit peduli pada Aku yang
selalu jadi tempatmu bersandar? Pernahkah kamu sedikit melirik pada aku yang
menggenggam tanganmu ketika kamu mulai jenuh pada dunia? Pernahkah kamu sedikit
melirik pada aku yang menjadi persinggahan celotehan anehmu ketika kamu mulai
bahagia dan jatuh cinta?
Tulisan memuakkan ini selalu saja diiringi sungai air
mata yang mengalir deras dipipiku. Mengulang kembali kenangan indah di masa
lalu yang penuh dengan kemanjaanmu. Mengulang satu per satu kejadian hingga akhirnya
aku yang kau campakkan ini tersadar dan diam diam mulai pergi dan menjauh.
Sudah puaskah kamu lakukan ini? Tidakkah kau peduli
wanita yang berdiri ini berpura pura tegar dihadapan ribuan manusia. Walaupun
aku takkan pernah bisa sembunyi dari TUHAN, dan malaikatNya. Semua melihat
candaku seakan aku baik baik saja sayang. Hingga sampai saat tulisan ini
kubuat, kau masih menghiasi hariku dengan masa lalu tentangmu.
Hanya kamu dan masih kamu yang menghiasi hariku. Hai kau
Pembuka bulan kelahiranku, tahukah kamu bahwa aku merindu? Meski benci telah
merasuk dan menari indah dalam sukma kalbuku. Aku masih tetap mencari sesosok
manusia yang bisa membuatku merasakan apa yang pernah kurasakan dahulu, ketika
denganmu.
Dari aku yang diam diam merindu.
Menampik satu persatu kisah
Dengan kebencian yang teramat mendalam
Uswatun Khasanah
0 Comments