Diam menggenggam rindu

Bertemu denganmu bukan keinginanku. Apalagi sampai membuatku jatuh berkali kali dalam pelukan kasihmu seperti saat ini. Tak pernah ada sejenak pun dalam mimpi. Semua seperti air, mengalir dengan anggun dan penuh pesona sampai semua ini terjadi.



Pertemuan kita tak pernah sekalipun membuat aku terpana padamu kala itu. Aku hanya menganggap semua biasa biasa saja. Kau dan aku sekedar teman satu perguruan, sudah titik. Sampai suatu saat kau hadir dengan satu nuansa baru. Gaya rambut yang berbeda dari biasanya, pesona yang redup menjadi berwarna dan memukau mata.

Aku mulai terbawa. Setiap jengkal auramu coba aku maknai bahwa kau mirip dengan sosok idola. Mungkin kau tak tahu bahkan takkan pernah peduli bahwa aku pecinta korea. Dan tahukah? Kau teramat sangat mirip dengan dia, idola pujaan yang selama ini aku banggakan.

Kini, aku coba lalui hari dengan memandangi wajahmu. Setiap detik aku membayangkan sosok pujaan benar benar hadir dalam nyataku. Yang selama ini hanya kulihat dalam layar datarku, kini berubah menjadi sosok 3dimensi yang mulai mencoba merenggut perhatianku.

Pelan tapi pasti, semua kini telah berubah. Kau dan aku kini bukan lagi hanya antara penggemar dan sang idola tercinta, tapi telah menjadi sebuah hubungan tak lazim yang entah harus aku maknai apa. Perasaan ini diam diam merasuk dalam seonggok daging sakral dalam tubuhku. Perasaan rindu yang mulai menjalar dan mengganggu tidurku. Mimpi yang berkali kali datang dan menampakkan jelas sosokmu.

Iya, kamu. Dulu hanya sekedar idolaku kini telah berubah menjadi sosok yang diam diam aku rindu. Tak lelah aku bercerita tentang kau dan aku pada mereka, teman temanku. Kau dan aku, dua jiwa yang benar benar berbeda. Entah, inikah yang dinamakan takdir atau memang ini kecelakaan takdir. Aku benar benar tak mengerti..

Kenapa? Kenapa harus kamu yang merenggut sebagian hatiku?
Kenapa harus kamu yang mengganggu mimpi di malam malamku?

Kita berbeda, teramat berbeda. Akan ada banyak jiwa yang tak merestui kita. Jiwa yang melahirkan aku, takkan mampu melihat kebersamaan kita. Bahkan Penciptaku? Kita sungguh berbeda, teramat sangat berbeda. Kita sama sama merindukan surga, hanya berbeda pencipta. Kau dan aku berjalan dalam dunia yang sama, berpijak pada tanah yang sama, hanya kita berbeda langit.

Kau dengan kegiatan mingguanmu, dengan pujian dalam alunan nyanyian itu. Sedangkan aku setia dengan lima waktu. Kau dengan kitab itu, dan aku dengan penyempurnanya. Aku setia dengan kerudungku, dan kamu dengan pembaptisan itu.. Bisakah bersama? Entahlah.

Dari aku yang diam diam menyimpan rindu
Dari mata yang tak letih mencuri pandang

Uswatun Khasanah

Post a Comment

0 Comments