Setelah kurelakan kepergianmu kala itu. Aku masih
sendiri, berkawan sepi. Bersahabat dengan tangis di malam hari. Aku masih saja
menyebut namamu dalam percakapanku dengan TUHAN. Di malam hari ketika mungkin
kau sedang memimpikan kekasih barumu, aku rela dengan begitu saja menitihkan
sedikit air mataku, Dan menjelaskan semua ini kepada TUHANku.
Andai TUHAN mampu berbicara, mungkin DIA akan
menertawakanku, menyentil ujung jemariku. Menyadarkan aku bahwa kamu bukanlah
yang terbaik bagiku. Hidupku masih terlalu bermakna untuk sekedar mengingat
namamu, bahkan waktuku terlalu berharga untuk mengingat semua harapan dan
ingatan indah di masa lalu.
Penyesalan atas kesepian, perdamaian dengan kesendirian,
semua itu kulakukan dengan kekuatan yang berasal dari TUHAN. Aku tahu TUHANku
teramat menyayangiku hingga tak ingin membiarkanku berlama lama membuang sisa
hidupku untuk menemanimu yang peduli untuk peduli pada TUHAN saja tidak.
Tapi entah bagaimana, semenjak semua harapan untukmu yang
kutitipkan pada TUHAN itu ternyata kosong. Aku seakan mencabut urat nadi
harapanku pada pria disekelilingku yang mecoba menolongku dari kesendirian ini.
Mereka korban dari semua kejahatanmu, yang mencuri hati dan harapanku.
Seakan aku yang tersakiti ketika mereka pergi. Seakan aku
korban dari kenakalan mata centil mereka pada beberapa wanita. Tapi, sungguh.
Sekalipun aku tak pernah merasa tersakiti sedalam sakit dan terpuruknya aku
ketika bersamamu. Sungguh, sedikitpun aku tak pernah mencoba berharap tentang
kehidupan pada mereka.
Aku lelah sayang. Aku takut. Aku takut untuk berharap
lebih mendalam lagi. Aku takut membuat kisah baru yang berakhir memilukan lagi.
Semua karena kamu sayang, semua karena kamu.
Aku tak pernah mendapatkan kesejukan ketika menatap mata
mereka seperti yang aku rasakan ketika menatap matamu. Aku tak pernah merasakan
keindahan berbagi kisah pada mereka seperti yang selalu aku rasakan ketika
duduk berdua denganmu. Aku tak pernah merasa detik waktu terasa begitu cepat
ketika aku melalui malam dengan mereka seperti yang aku rasakan ketika
denganmu.
Ada apa ini sayang?
Percuma, kau takkan peduli. Bahkan tulisan ini pun takkan
pernah kau baca.
Dari wanita yang mencoba merangkak
Mencari pengganti raja
Yang memenangkan hati permaisurinya
Uswatun Khasanah
0 Comments