Aku menunggu Letihku.

Kutulis ini bersama dengan tetesan air mata yang tak sanggup ku hentikan. Menatap layar handphone ku untuk sekedar berharap bahwa setiap deringnya itu berasal darimu. Aku hanyalah bagian masa lalumu yang bisa jadi sudah menjadi sampah di ingatanmu.

Dalam setiap kekosonganku selalu aku isi dengan ingatan ingatan kebahagiaan yang pernah kita semai bersama. Tapi hanya aku yang menuainya, kamu tak disini. Ketika aku diam diam melihat aktifitas dalam akunmu, Candamu bersama temanmu, dan rayuanmu pada wanita wanita itu. Aku kembali larut dalam tangisku. Do'a Do'a ku tak lelah ku haturkan untukmu, berharap kamu menoLeh dan merangkulku dalam bahagia.


Pantaskah aku terus berharap keadaan ini berubah..? Pantaskah aku terus membanggakanmu padahal hanya sakit yang kamu berikan padaku..? Haruskah aku terus melanjutkan harapan perasaanku yang hanya menghasilkan pengabaian darimu..? Harus bagaimanakah aku..?

Kita jauh, bukan hanya jarak yang memisahkan kita tapi hati kita juga berjarak bahkan sepertinya lebih jauh dari jarak tempuh 9 jam. Aku dan kamu yang dulu saling membahagiakan kini terbakar dalam perasaan masing masing. Kamu dengan angkuhmu yang menghasilkan tangisanku, dan aku dengan kesabaran penuhku masih terus memberikan kasih sayang, perhatian, pengertian untukmu yang kau anggab sebagai debu yang mengganggu langkahmu.

Harus bagaimanakah aku..?
Ketika aku mengirimkan pesan untukmu, hanya kau diamkan begitu saja. Tanpa pernah aku mengerti kamu membacanya atau tidak. Ketika aku coba menghubungimu, kamu hanya mendiamkannya saja tanpa sedikitpun jemarimu memegang handphone itu untuk sekedar menjawab salamku.

Ketika kita di satu kota yang sama, aku inginkan kita bertemu. Aku terus berdo'a untuk pertemuan kita dan kelanjutan hubungan ini, tapi nyatanya hanya harapan dan kekosongan yang kudapatkan. Kamu diam, Diam, dan diam. Membisu dalam kalbu yang tak pernah bisa kumengerti bahasa apakah itu..?

Letih seakan tak menghinggapiku. Menunggu pagi dengan mentari hangat menyinari diri. Walaupun aku tak mengerti sampai kapankah ini..? Semangatku tak pernah padam. Bukan aku lelah untuk perasaan ini, tapi aku lalh untuk tangisanku yang setiap malam selalu kuhaturkan untukmu.

Uswatun Khasanah

Post a Comment

0 Comments