Terima Kasih atas tangisan ini sayang.

Aku tak mengerti harus memulai darimana bercerita tentang kisah ini. Dongeng berujung kematian, kematian sebuah perasaan yang tak pernah benar benar hidup. Satu persatu ungkapan terkuak dengan waktu yang semakin mempercepat langkahnya. Langkah pasti yang tak pernah menghiraukan tentang apa yang telah terjadi.

Perkenalan itu adalah permaiinanku. Permainan yang aku ciptakan untuk menghilangkan sebuah kata kecewa. Pertemuan itu. Tak pernah ku impikan akan berujung pada sebuah kenyataan yang tak pernah kubayangkan.
Aku terkulai lemah ketika aku menatap Senyum itu. Senyum yang memancarkan sebuah keindahan yang selama ini diam diam aku Impikan. Senyum yang aku rindukan dan aku inginkan untuk selalu hadir menghiasi pagi hingga maLamku. Senyum yang meyakinkanku untuk selalu bertahan dalam keraguan. Senyum yang mengandung sinar yang tak pernah redup dalam angan. Meski hanya bayangan dalam impian, Senyum itu seakan menggodaku untuk selalu tertawa dalam tangisku.

Senyum itu MILIKMU. Iya, kamu yang aku izinkan untuk masuk dalam duniaku. Mengisi semesta yang kecewa, semesta yang merindukan surga. Kamu berhasil ubah semua, air mata menjadi canda, kecewa menjadi bahagia, Luka menjadi cinta, dan neraka menjadi surga. Kau bawa aku terbang melihat indahnya dunia, tertawa dalam semua keadaan. Kau membuatku merasakan bahwa kehadiranku berharga, aku ada, dan aku bahagia.

Setiap pertemuan selalu ada perpisahan. Aku percaya ungkapan itu, tapi aku tak pernah menyangka akan secepat ini. Kau pergi Ketika biji yang kau tanam menumbuhkan daunnya, ketika daun mulai dihiasi dengan bunga. Mengapa secepat ini kau menjadi berbeda.

Mengapa kau pergi disaat aku merelakan satu bagian dari hatiku kuberikan padamu. Kamu berhasil sayang. Kamu berhasil membuatku percaya kamu adalah malaikat penolongku. Kamu berhasil mencuri sebagian dari hatiku yang entah akan kau gunakan untuk apa itu. Kamu berhasil membawaku terbang tinggi, lalu entah telah di titik mana kau lepaskan aku kembali terjatuh ke bumi.

Perpisahan yang tak pernah aku impikan menjadi kenyataan. Aku selalu takut dengan perpisahan, tapi memang harus kujalankan. Ini bukan sebuah pilihan. Tak perlu aku banyak penyesalan, karena kamu benar benar teLah pergi sekarang.

Entahlah sayang, tapi harapanku untuk membawamu pulang mungkin hanya sebuah impian. Tak perlu kau banyak merisaukan, karena sebelumnya pernah aku rasakan. Penantian akan sebuah keajaiban hanyalah harapan dari seonggok impian. Terima kasih atas tangisan ini sayang.

Untukmu Malaikat nakalku.
Dari manusia kecil yang menantikanmu kembali.

Post a Comment

0 Comments